Alfin (11), warga Banjaran, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, mengaku menemukan keasyikan saat nge-game. Siswa kelas V SD tersebut biasanya nge-game saat libur sekolah atau satu pekan sekali. Sekali bermain, dia menghabiskan waktu hingga lima jam. "Lima jam bayarnya Rp12.500," kata Alfin yang mengatakan, mendapat uang saku tambahan dari orangtuanya, Jumat (20/3).
Game online bukan hanya kegemaran anak-anak. Nugroho (28), warga Martoloyo, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, mengatakan masih suka nge-game di luar kesibukannya sebagai pegawai negeri sipil. Dia mulai bermain game online sejak kuliah di Semarang, sekitar tahun 2000.
Dia menemukan keasyikan dari permainan melalui internet tersebut. Dia dapat berinteraksi dengan teman-temannya yang juga sedang nge-game. "Saya juga bisa berpetualang dengan bermain game online," ujar Nugroho yang sering memainkan Ragnarok dan Gun Bound.
Game online yang sedang tren saat ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu casual dan massively multiplayer role-playing game atau MMORPG. Permainan jenis casual biasanya bertema kehidupan sehari-hari, seperti Ayodance atau Idol Street yang temanya seputar menari. Sementara MMORPG, seperti Ragnarok, Perfect Worl, serta yang baru awal tahun ini diluncurkan, Lineage II. Permainan MMORPG umumnya berkisah tentang petualangan dan pertempuran. Lineage II, misalnya, berkisah tentang perebutan kastil dengan memainkan enam ras, yaitu human, elf, dark elf, dwarf, orc, dan kamael.
"Orang mudah tertarik karena dalam sekali waktu bisa dimainkan oleh 30.000 orang di seluruh Indonesia. Mereka bisa saling bersosialisasi karena fasilitas itu disediakan dalam permainan tersambung ini. Teman saya menemukan jodohnya setelah kopi darat dengan sesama pemain," kata konsultan game yang juga dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jasson Prestiliano.
Mereka juga dimanja dengan fasilitas seperti membeli perlengkapan, baju, senjata, atau bahkan hewan peliharaan. Di dunia maya ini juga ada mata uang yang digunakan untuk bertransaksi. seperti Deen untuk permainan Ayodance, atau Adena untuk Lineage II.
Namun, jika tidak hati-hati, permainan ini bisa memberi dampak buruk. Seseorang menjadi lupa waktu, bahkan sering tidak mempedulikan kesehatan. Anak-anak bolos sekolah hanya karena ingin nge-game.
"Saya pertama kali main gdme online diajak teman. Tadinya iseng saja, tetapi akhirnya keterusan dari pukul 19.00 hingga 05.00," kata Saam Fredy (30).
Ahmad Budiarso, penanggungjawab Sarva.net, Solo, mengatakan, sejumlah pengunjung Sarva.net ketagihan nge-game. "Ada pria yang kesini sama istrinya yang sama-sama suka game. Ada juga istrinya yang datang kesini marah-marah minta suaminya pulang. Ada juga mertua yang menjemput menantu laki-lakinya karena cucunya masuk rumah sakit," kata Ahmad Budiarso, penanggungjawab Sarva.net, Solo.
Untuk menghindari kecanduan, Nugroho hanya nge-game. "Di warnet kan waktunya terbatas karena sekarang saya sudah kerja," kata Nugroho.
"Kunci agar kita tidak terjebak candu game online adalah kesadaran dan kontrol dari diri sendiri. Seperti saya, orang tua memberi kebebasan penuh saya mau berkegiatan apa saja, asal setiap semester bisa mendapat indeks prestasi yang bagus," kata kaki-laki asal Bogor yang mengenyam kuliah di Yogyakarta saat ditemui di Sarva.net, Solo.
"Setiap tahun selalu muncul game baru. Ada juga game yang setelah bertahun-tahun tutup begitu saja. Apa iya akan terus saya ikuti. Sampai kan," kata Adi sambil mengenang kegilaannya ber-game online.
Adi yang kini bekerja di perusahaan exchange mengaku masih nge-game, tetapi hanya sesekali dan sekedar untuk nostalgia dan senang-senang, "Seperti sekarang, kebetulan lagi mengunjungi teman di Solo. Sambil tunggu dia selesai kerja, saya main game onlind," kata Adi.
Sumber Kompas
OK mas, kalau bisa menghasilkan uang, lanjutin terus hobinya. Semoga posting ini bisa menjadi masukan buat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar