
Sore itu, Rabu, 20 Januari 1993, langit di atas Sanur awalnya sangat cerah. Tiba-tiba, beberapa orang melihat asap hitam mengepul menutup langit. Dipastikan asap itu berasal dari pinggiran pantai Sanur. Lalu orang-orang pun ingin tahu lebih jelas. Mereka berlari menuju asal asap hitam itu. Bahkan, asap yang membubung tinggi itu, tidak saja dilihat dari Sanur, orang yang berada jauh dari kawasan wisata itu pun bisa melihatnya. Akhirnya, setelah beberapa saat, orang tahu bahwa hotel tertinggi di Bali itu terbakar. Cerita, ''Hotel Bali Beach hangus terbakar'' cepat menyebar ke seluruh Bali.
Belum hilang keterkejutan masyarakat dengan kejadian itu, kembali terjadi keanehan di dalam hotel itu. Pasalnya, salah satu kamar hotel di lantai tiga tidak terbakar. Padahal api melahap di hampir semua bangunan itu. Bahkan, pohon kelapa yang berada jauh dari hotel itu ikut hangus akibat hawa panas yang ditimbulkan. Tetapi di dalam kamar itu, tak satu pun barang-barang yang terbakar. Bahkan, korden yang terbuat dari kain yang mudah terbakar itu pun tidak apa-apa. Sungguh sangat ajaib.
Lalu berbagai pendapat pun muncul. Ada yang mengatakan, kamar itu ditunggui oleh penguasa laut Sanur. Ada pula yang mengatakan kamar itu ada hubungannya dengan sang Proklamator kita, Ir. Soekarno. Presiden pertama Indonesia yang juga sebagai proklamator kemerdekaan RI. Dikatakan, kamar itu sering digunakan oleh Bung Karno -- sebutan akrab Soekarno -- ketika masih menjadi presiden.
Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut -- karena tidak satu pun orang yang bisa secara pasti mengatakan kebenaran semua dugaan tersebut -- yang jelas di hotel itu telah terjadi keajaiban yang sungguh aneh.
Dengan diantar salah seorang pensiunan staf Guest Relations Officer, Bapak Jro Mangku Wirya melalui lift menuju lantai tiga. Sampai di lantai tiga, berbelok ke kiri. Kamar itu, dengan nomor 327 yang ''aneh bin ajaib'' itu, berada di sebelah ruangan gudang lantai tiga. Sekilas, kamar itu tidak nampak ada keistimewaan. Pintu masuknya sama dengan kamar-kamar lain di sebelahnya. Hanya, di pintu kamar 327 itu terdapat pengumuman yang terbuat dari kertas HVS putih yang dilaminating. ''Demi kenyamanan para tamu, kamar ini tidak dibuka untuk umum. Harap Maklum'', demikian isi pengumuman itu.
Ketika pintu kamar dibuka, tidak seperti kamar hotel lainnya yang menebar bau wangi penyegar ruangan. Namun di sana, ada bau wangi dupa. Terang saja suasananya seperti memasuki kamar suci. Di sinilah letak perbedaan pertama yang dilihat dan dirasa saat memasuki kamar 327 yang kini disebut ''Kamar Suci''. Untuk itu, masuk kamar tersebut tidak diperkenankan memakai alas kaki. ''Sepatunya tolong dilepas,'' ujar Karmawati dengan ramah.
Di sebelah kiri pintu masuk, ada sebuah lemari pakaian. Lemari itu, tampaknya tetap dibiarkan setelah terjadi musibah kebakaran yang menghanguskan hotel berlantai sepuluh itu. Hal itu dapat dilihat dari masih adanya bekas asap yang membuat hitam pintu lemari tersebut. Di dalamnya terdapat beberapa pakaian serta handuk, sebagaimana layaknya kamar itu ada tamunya. ''Memang semua perlengkapan yang ada di dalam kamar itu dibiarkan seperti apa adanya,'' ujar Bapak Jro Mangku Wirya
Di sebelah lemari terdapat rak berukuran sedang, di atasnya terdapat tiga kotak terbuat dari kaca. Kotak pertama berisi sebuah tongkat kecil -- menyerupai tongkat Bung Karno yang sering dibawa ketika masih jadi presiden -- yang berwarna krem. Kotak di tengah berisi sebuah wayang. Sementara kotak ketiga yang letaknya berjejer dengan kotak lainnya, berisi sebuah keris, lengkap dengan sarungnya. Di sebelah ketiga kotak kaca -- masih di atas rak tersebut -- terdapat lima botol air mineral, satu di antaranya botol yang tidak terbakar pada kejadian itu. Beserta satu gelas juice. Di atas rak itu juga terdapat buku tamu yang pernah berkunjung ke kamar itu. Ada pula kotak kecil untuk dana punia. Sementara di dalam rak itu terdapat kitab suci dari lima agama yang ada di Indonesia, dan juga perlengkapan sembahyang.
Di Pojok ruangan, dekat pintu menuju teras depan -- yang menghadap ke pantai -- terdapat seperangkat sesajen serta banten yang berupa daksina lengkap dengan perlengkapannya. Di sana juga terdapat lima buah tempat tirta. Dikatakan tirta itu berasal dari semua pura besar yang ada di Bali. Pada tempat itu semua tamu yang berkunjung bisa melakukan sembanhyang di sana. ''Sarana itu diganti tiap bulan purnama,'' ujar Bapak Jro Mangku Wirya.
Yang istimewa, kamar itu selalu dibuatkan sesajen tiap tiga kali sehari. "Pagi, siang dan sore, kita selalu menyiapkan sesajen di sini. Untuk hari Jumat sesajennya agak berbeda. Biasanya diantar oleh karyawan yang sedang bertugas di lantai ini," ujar Karmawati. Di dalam kamar itu juga terdapat dua tempat tidur, yang mana badcover-nya masih utuh, dan sampai kini tetap dipakai. Di atas badcover itu diisi beberapa bunga. Hanya, ujar salah seorang karyawan K. Sandi, seprainya diganti-ganti pada hari-hari tertentu. "Semua perlengkapan kamar itu tidak boleh dicampur dengan perlengkapan kamar lain," ujarnya.
Di sebalah tempat tidur terdapat satu meja bundar, dan dua buah kursi. Di atas meja terdapat sesajen dan juga satu batang cerutu. Demikian pula di antara dua tempat tidur itu, di tengahnya terdapat meja kecil yang berisi satu telepon, asbak yang bertuliskan Blitar, beberapa alat tulis, serta beberapa pakaian yang masih terbungkus. Di bawah tempat tidur terdapat satu set sepatu warna hitam pria dan satu sandal wanita. Sementara di dinding kiri tempat tidur terdapat lukisan wayang yang terbuat dari kulit binatang. Di dinding depan tempat tidur terdapat lukisan bunga yang terbuat dari kaca. Sementara di sebelah kanan pintu masuk terdapat ruangan toilet.
Menurut Bapak Jro Mangku Wirya, kamar itu pernah dikunjungi Megawati Soekarnoputri pada saat sedang mengadakan kongres di hotel ini. Sementara keluarga Bung Karno lainnya pernah pula berkunjung ke sini, namun tidak jelas berapa kali mereka datang ke sini. Selain keluarga Bung Karno, kamar itu kini banyak pula dikunjungi tamu dari berbagai daerah. Hanya, kata Bapak Jro Mangku Wirya, karena kamar itu kamar suci, mulai saat terjadinya kebakaran yang menghanguskan hotel ini, kamar tersebut tidak bisa lagi ditempati oleh tamu. ''Kalau hanya untuk sembahyang, kita izinkan,'' ujar Bapak Jro Mangku Wirya
by : indoforum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar